Dalam industri maritim, kondisi bagian bawah kapal yang berada di bawah garis air sering kali luput dari perhatian. Padahal, bagian ini memegang peranan penting dalam kinerja, keselamatan, dan efisiensi kapal. Untuk memastikan semuanya berjalan optimal, diperlukan underwater inspection atau pemeriksaan bawah air.
Proses inspeksi ini dilakukan oleh penyelam profesional atau menggunakan teknologi seperti ROV (Remotely Operated Vehicle) untuk memeriksa kondisi lambung kapal, baling-baling, anoda, hingga struktur bawah air lainnya. Dengan melakukan inspeksi secara rutin, potensi masalah dapat terdeteksi lebih awal sebelum berkembang menjadi kerusakan besar yang memakan biaya tinggi.
Berikut adalah jenis-jenis underwater inspection yang umum dilakukan di industri pelayaran.
1. General Visual Inspection (GVI)
General Visual Inspection adalah pemeriksaan dasar yang dilakukan untuk mengevaluasi kondisi umum bagian bawah kapal. Metode ini biasanya dilakukan untuk mencari tanda-tanda kerusakan, fouling (pertumbuhan organisme laut), atau keausan komponen.
Keunggulannya adalah cepat dilakukan dan tidak memerlukan peralatan yang terlalu kompleks. Namun, hasilnya bersifat visual sehingga jika ditemukan indikasi masalah, biasanya akan dilanjutkan dengan inspeksi yang lebih detail.
Fungsi utama:
- Mengetahui kondisi umum bagian bawah kapal.
- Mengidentifikasi area yang membutuhkan perbaikan atau pembersihan.
2. Close Visual Inspection (CVI)
Close Visual Inspection dilakukan lebih detail dibanding GVI. Penyelam atau ROV mendekati objek secara langsung untuk memeriksa bagian tertentu dengan pencahayaan khusus dan sudut pandang yang optimal.
Metode ini biasanya digunakan saat ada indikasi kerusakan pada struktur lambung, propeller, atau anoda pelindung. Dokumentasi visual dengan kamera beresolusi tinggi biasanya dilampirkan dalam laporan.
Fungsi utama:
- Memberikan dokumentasi detail untuk analisis teknis.
- Menentukan langkah perbaikan yang tepat.
3. Measurement Inspection
Jenis ini dilakukan untuk mengukur tingkat keausan atau kerusakan pada bagian tertentu. Misalnya, pengukuran ketebalan pelat lambung kapal menggunakan alat ultrasonic thickness gauge.
Dengan metode ini, pemilik kapal bisa mengetahui tingkat korosi dan memutuskan apakah perlu dilakukan penggantian pelat atau hanya perbaikan minor.
Fungsi utama:
- Menilai ketebalan material dan tingkat korosi.
- Menentukan masa pakai komponen kapal.
4. Cleaning Inspection
Pemeriksaan ini dilakukan setelah atau bersamaan dengan proses pembersihan lambung kapal (hull cleaning). Tujuannya untuk memastikan semua fouling telah terangkat dan permukaan kembali bersih, sehingga performa kapal meningkat dan konsumsi bahan bakar menjadi lebih efisien.
Fungsi utama:
- Mengecek kebersihan setelah pembersihan lambung.
- Mengidentifikasi area yang sulit dibersihkan.
5. Damage Assessment Inspection
Jenis inspeksi ini dilakukan setelah kapal mengalami insiden, seperti tabrakan atau menabrak objek di laut. Pemeriksaan bertujuan untuk mengidentifikasi kerusakan struktural dan menentukan langkah perbaikan yang dibutuhkan sebelum kapal kembali beroperasi.
Fungsi utama:
- Menilai tingkat kerusakan pasca insiden.
- Menentukan estimasi biaya perbaikan.
6. Regulatory or Class Inspection
Beberapa lembaga klasifikasi kapal seperti Lloyd’s Register, ABS, atau BKI memiliki persyaratan inspeksi bawah air tertentu. Proses ini dilakukan untuk memastikan kapal tetap memenuhi standar keselamatan dan layak berlayar (seaworthy).
Fungsi utama:
- Memenuhi regulasi industri maritim.
- Memperpanjang sertifikat kelayakan kapal.
Mengapa Memilih SCM Indonesia untuk Underwater Inspection?
SCM Indonesia adalah perusahaan yang berpengalaman dalam layanan underwater inspection untuk berbagai jenis kapal, mulai dari kapal kargo, tanker, kapal penumpang, hingga kapal offshore. Keunggulan layanan SCM Indonesia meliputi:
- Tim profesional bersertifikat dengan keahlian menyelam teknis dan penggunaan ROV.
- Peralatan inspeksi modern untuk hasil dokumentasi yang akurat.
- Laporan detail yang dilengkapi foto, video, dan rekomendasi teknis.
- Efisiensi waktu, memungkinkan pemeriksaan tanpa harus docking kapal.
Dengan memilih SCM Indonesia, pemilik kapal tidak hanya mendapatkan hasil inspeksi yang akurat, tetapi juga solusi perawatan yang tepat untuk menjaga kinerja kapal tetap optimal.
Underwater inspection adalah langkah penting dalam perawatan kapal yang tidak boleh diabaikan. Mulai dari inspeksi visual umum, pemeriksaan detail, pengukuran ketebalan, hingga inspeksi pasca pembersihan, semua memiliki fungsi masing-masing untuk menjaga keselamatan dan efisiensi kapal.
Dengan dukungan perusahaan berpengalaman seperti SCM Indonesia, proses inspeksi dapat dilakukan cepat, akurat, dan sesuai standar internasional. Pemilik kapal pun dapat menghindari kerugian besar akibat kerusakan yang tidak terdeteksi sejak dini.