Kalau kamu pernah lihat kapal laut dari bawah—entah lewat dokumenter atau video TikTok yang viral—pasti kamu tahu bahwa lambung kapal bisa jadi sarang lumut, teritip, kerang, bahkan organisme laut lainnya. 

Nah, semua “penghuni tidak diundang” ini bisa bikin kapal jadi berat, lambat, dan boros bahan bakar. Makanya, ada satu proses penting yang harus rutin dilakukan, yaitu: hull cleaning alias pembersihan lambung kapal.

Tapi tunggu dulu. Hull cleaning bukan cuma soal nyikat badan kapal sampai kinclong. Proses ini punya prosedur yang cukup teknis, butuh alat khusus, dan tentu saja wajib mengikuti standar keselamatan yang ketat. Penasaran gimana prosesnya? Yuk, kita kupas tuntas mulai dari tahapan, alat, sampai SOP keamanannya!

Apa Itu Hull Cleaning?

Hull cleaning adalah proses membersihkan bagian bawah kapal yang terendam air laut. Tujuannya? Menghilangkan biofouling—yaitu kumpulan organisme seperti alga, lumut, teritip, dan kotoran laut lainnya yang menempel di lambung kapal.

Kenapa harus dibersihkan? Karena kalau dibiarkan, kapal bakal boros BBM, jadi lamban, bahkan bisa membahayakan lingkungan karena menyebarkan organisme laut ke ekosistem lain.

Tahapan Prosedur Hull Cleaning

Berikut ini langkah-langkah umum dalam proses hull cleaning, baik yang dilakukan secara manual oleh penyelam maupun secara otomatis oleh robot pembersih:

1. Inspeksi Awal

Sebelum mulai bersih-bersih, tim teknisi akan melakukan inspeksi visual atau menggunakan kamera bawah air (ROV) untuk melihat seberapa parah kondisi lambung. Dari sini akan ditentukan:

  • Area mana yang paling kotor
  • Jenis biofouling yang menempel
  • Metode dan alat apa yang cocok digunakan

Inspeksi ini penting supaya proses pembersihan bisa lebih efisien dan nggak asal gosok.

2. Persiapan Alat dan Tim

Setelah tahu kondisi lambung kapal, tim akan menyiapkan peralatan. Kalau pembersihan dilakukan secara manual, maka penyelam akan dilengkapi:

  • Perlengkapan selam lengkap
  • Alat pembersih seperti sikat bawah air, scraper, hingga semprotan air tekanan tinggi
  • Tabung udara cadangan
  • Sistem komunikasi bawah air

Kalau dilakukan otomatis, maka disiapkan robot pembersih dengan kontroler jarak jauh, tangki penampung kotoran, dan sensor kamera untuk navigasi.

3. Proses Pembersihan

Proses dimulai dari satu titik, lalu berlanjut ke seluruh permukaan lambung. Biasanya dimulai dari bagian haluan ke buritan secara sistematis agar tidak ada bagian yang terlewat.

Penyelam atau operator robot akan fokus pada:

  • Area propeller dan bilah kemudi
  • Bagian-bagian dengan biofouling tebal
  • Permukaan dekat garis air (biasanya paling cepat kotor)

Kotoran yang disikat atau disemprot bisa langsung dihisap oleh sistem vakum (pada robot modern), atau dibersihkan di darat setelah proses selesai.

4. Pemeriksaan Ulang

Setelah pembersihan, dilakukan inspeksi ulang untuk memastikan semua bagian sudah bersih dan tidak ada bagian yang rusak selama proses.

Kalau ada bagian cat anti-fouling yang terkelupas, maka tim bisa langsung merekomendasikan pengecatan ulang atau perawatan tambahan.

5. Dokumentasi dan Laporan

Terakhir, semua proses dicatat dalam laporan, mulai dari:

  • Tanggal pembersihan
  • Alat yang digunakan
  • Temuan kerusakan (jika ada)
  • Rekomendasi perawatan lanjutan

Laporan ini penting banget, apalagi untuk memenuhi syarat inspeksi klasifikasi kapal dan otoritas pelabuhan.

Alat dan Teknologi yang Digunakan

Berikut beberapa alat yang biasa digunakan dalam hull cleaning:

Manual Tools

  • Sikat bawah air (diver brush)
  • Scraper atau spatula logam
  • Semprotan air tekanan tinggi (high-pressure water jet)
  • Alat selam lengkap

Robot Otomatis (ROV – Remotely Operated Vehicle)

  • Dilengkapi kamera dan sensor navigasi
  • Sistem vakum penampung biofouling
  • Sikat dan nozzle berputar otomatis
  • Terkoneksi dengan monitor dan pengendali dari permukaan

Pelindung dan Keamanan

  • Helm selam dengan sistem komunikasi
  • Tali pengaman (safety harness)
  • Tabung cadangan oksigen
  • Peralatan darurat (first aid kit, pelampung, dsb.)

Standar Keselamatan yang Harus Dipatuhi

Kerja di bawah air, apalagi di sekitar kapal besar, tentu penuh risiko. Maka dari itu, ada sejumlah SOP (Standard Operating Procedure) keselamatan yang wajib diterapkan:

1. Pelatihan Khusus

Penyelam hull cleaning harus memiliki sertifikat penyelaman komersial dan pelatihan alat kerja bawah air. Mereka juga harus menguasai cara kerja alat dan prosedur evakuasi darurat.

2. Komunikasi Dua Arah

Selama proses pembersihan, penyelam wajib terhubung dengan tim di permukaan melalui radio bawah air atau kabel suara. Tujuannya untuk menjaga komunikasi jika terjadi kendala.

3. Pemeriksaan Alat Sebelum Operasi

Semua alat selam, tabung udara, dan alat pembersih harus dicek sebelum digunakan. Kebocoran udara atau alat rusak bisa berakibat fatal di bawah laut.

4. Tim Pendukung Siaga

Selalu ada tim cadangan dan personel keselamatan di atas kapal atau dermaga yang siap turun tangan jika terjadi kondisi darurat.

5. Izin dan Koordinasi Pelabuhan

Sebelum hull cleaning dilakukan, wajib ada izin dari otoritas pelabuhan setempat. Tujuannya untuk menghindari gangguan lalu lintas kapal dan memastikan area kerja aman.

Lakukan inspeksi dan perawatan kapal laut Anda bersama tim profesional SCM Indonesia.