Korosi adalah salah satu musuh utama dalam dunia perkapalan. Meskipun tampak sebagai proses alami yang perlahan, korosi bisa memberikan dampak signifikan terhadap struktur kapal jika tidak dikendalikan dengan baik.
Dalam jangka panjang, korosi bukan hanya menyebabkan penurunan kualitas material, tetapi juga dapat membahayakan keselamatan pelayaran dan meningkatkan biaya operasional. Oleh karena itu, pemahaman tentang efek korosi serta cara-cara pencegahannya sangat penting bagi para pemilik kapal, operator, dan teknisi pemeliharaan.
Apa Itu Korosi pada Kapal?
Secara sederhana, korosi adalah proses degradasi logam akibat reaksi kimia dengan lingkungan sekitarnya. Pada kapal laut, korosi sering terjadi karena interaksi antara logam (biasanya baja) dengan air laut yang bersifat elektrolit dan memiliki kandungan garam tinggi.
Reaksi ini menyebabkan permukaan logam teroksidasi dan lambat laun mengalami pelapukan, pengikisan, hingga lubang-lubang kecil (pitting corrosion) yang bisa melemahkan struktur.
Jenis-Jenis Korosi yang Umum Terjadi di Kapal
Dalam konteks pelayaran, ada beberapa jenis korosi yang sering ditemui:
- Uniform Corrosion (Korosi Merata)
Terjadi secara seragam pada seluruh permukaan logam yang terpapar lingkungan laut. Meski relatif mudah terdeteksi, jenis ini tetap berbahaya jika tidak dikendalikan. - Pitting Corrosion
Merupakan jenis korosi lokal yang menciptakan lubang-lubang kecil dan dalam pada permukaan logam. Jenis ini lebih sulit dideteksi dan bisa sangat merusak karena menembus struktur dalam. - Galvanic Corrosion
Terjadi ketika dua logam berbeda bersentuhan dalam lingkungan elektrolit (seperti air laut), di mana logam yang lebih aktif akan terkorosi lebih cepat. - Crevice Corrosion
Terjadi di area sempit seperti celah sambungan, baut, atau tumpukan pelat, yang tidak memiliki sirkulasi air yang baik. - Microbiologically Influenced Corrosion (MIC)
Disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme laut tertentu yang mempercepat proses korosi.
Dampak Korosi pada Struktur Kapal
Efek korosi pada kapal laut bisa sangat merugikan, baik secara teknis maupun ekonomis. Berikut beberapa dampaknya:
- Penurunan Kekuatan Struktur
Korosi dapat mengurangi ketebalan pelat baja kapal, mengganggu kekuatan struktural dan kestabilan kapal. Jika tidak segera ditangani, kapal bisa mengalami kebocoran atau bahkan kerusakan fatal saat berlayar. - Peningkatan Biaya Perawatan dan Reparasi
Semakin parah tingkat korosi, semakin besar biaya perbaikan dan penggantian bagian kapal yang rusak. Beberapa perbaikan bahkan mengharuskan kapal masuk ke dry dock, yang artinya kehilangan waktu operasional. - Gangguan Operasional
Kebocoran akibat korosi pada tangki bahan bakar, sistem perpipaan, atau lambung kapal bisa mengganggu operasi pelayaran dan menimbulkan risiko lingkungan. - Bahaya Lingkungan dan Keselamatan
Korosi yang merusak tangki bahan bakar atau sistem oli berpotensi mencemari laut. Selain itu, struktur yang rapuh akibat korosi bisa meningkatkan risiko kecelakaan di laut.
Cara Pencegahan Korosi pada Kapal
Meski korosi merupakan proses alami, ada banyak metode yang bisa diterapkan untuk memperlambat atau mencegah terjadinya kerusakan akibat korosi. Berikut beberapa langkah yang umum dilakukan dalam industri perkapalan:
1. Penggunaan Cat Anti-Korosi (Protective Coating)
Melapisi permukaan logam dengan cat khusus (marine coatings) adalah langkah dasar dan paling umum. Cat ini menciptakan penghalang antara logam dan lingkungan luar. Beberapa jenis coating juga mengandung bahan aktif yang membantu menangkal reaksi kimia penyebab korosi.
2. Sistem Proteksi Katodik (Cathodic Protection)
Metode ini melibatkan pemasangan logam yang lebih aktif (seperti zinc atau aluminium) di bagian-bagian kapal yang rentan terhadap korosi. Logam tersebut akan ‘mengorbankan diri’ dan terkorosi terlebih dahulu, sehingga melindungi struktur kapal utama. Ada dua tipe proteksi ini: anoda korban (sacrificial anode) dan sistem arus terkontrol (impressed current).
3. Inspeksi dan Pemeliharaan Berkala
Pemeriksaan rutin terhadap bagian-bagian penting kapal, terutama di daerah lambung, ruang mesin, tangki, dan area sambungan, sangat penting. Inspeksi ini bisa dilakukan secara visual, ultrasonik, atau dengan alat pendeteksi lainnya.
4. Desain Kapal yang Baik
Kapal yang dirancang dengan mempertimbangkan ventilasi yang cukup, minim celah sempit, dan akses mudah untuk pembersihan akan lebih tahan terhadap korosi.
5. Pengendalian Lingkungan Operasional
Pada kapal dengan sistem pendingin air laut, pengendalian keasaman (pH) dan penggunaan bahan kimia penghambat korosi bisa membantu memperpanjang umur komponen logam yang bersentuhan langsung dengan air laut.
6. Penggunaan Material Anti-Korosi
Beberapa bagian kapal kini mulai menggunakan material yang lebih tahan korosi seperti stainless steel, fiberglass, atau logam paduan khusus. Meski biayanya lebih tinggi, investasi ini sebanding dengan umur pakai yang lebih panjang dan minim perawatan.
Korosi adalah tantangan besar yang harus dihadapi setiap kapal laut. Dampaknya bisa sangat serius, mulai dari kerugian ekonomi, penurunan efisiensi, hingga ancaman keselamatan.
Oleh karena itu, pencegahan dan perawatan harus menjadi bagian integral dari manajemen kapal. Melalui penggunaan teknologi pelindung, perawatan berkala, serta kesadaran kru akan pentingnya menjaga kebersihan dan integritas struktur kapal, risiko korosi dapat ditekan seminimal mungkin.
Dalam dunia maritim yang semakin kompetitif dan berorientasi pada keselamatan serta efisiensi, menjaga kapal tetap dalam kondisi prima adalah suatu keharusan—dan itu dimulai dari mengatasi musuh senyap bernama korosi.
Bagi Anda yang sedang mencari jasa inspeksi kapal laut atau hull cleaning service bisa segera menghubungi PT. SCM Indonesia.