Dalam dunia pelayaran, perawatan kapal adalah elemen penting yang tak bisa diabaikan. Salah satu bagian vital dalam perawatan tersebut adalah hull cleaning atau pembersihan lambung kapal. Lambung kapal yang terendam air laut akan dengan mudah tertutup oleh organisme laut seperti teritip, lumut, dan alga.
Akumulasi organisme ini, dikenal sebagai biofouling, dapat menurunkan efisiensi kapal, meningkatkan konsumsi bahan bakar, serta memperpendek usia operasional lapisan cat pelindung kapal.
Untuk menjaga performa optimal kapal, hull cleaning dilakukan secara berkala. Secara umum, metode pembersihan ini terbagi menjadi dua pendekatan utama, yaitu pembersihan di dry dock (dok kering) dan pembersihan underwater (di bawah permukaan air).
Meski tujuannya sama, yaitu membersihkan lambung kapal dari kotoran dan biofouling, kedua metode ini memiliki pendekatan, kelebihan, kekurangan, dan aplikasi yang berbeda. Berikut penjelasan lengkapnya.
1. Pengertian Hull Cleaning di Dry Dock
Hull cleaning di dry dock dilakukan saat kapal dinaikkan ke atas dok kering, sehingga seluruh bagian bawah kapal terbuka dan dapat diakses secara langsung. Proses ini biasanya dilakukan bersamaan dengan perawatan besar kapal seperti pengecatan ulang, inspeksi struktur, atau perbaikan teknis lainnya.
Tahapan Umum:
- Kapal masuk ke dry dock.
- Air dikuras hingga kapal berada di atas landasan.
- Proses pembersihan dilakukan menggunakan alat semprot tekanan tinggi, alat sikat mekanik, atau metode lainnya.
- Jika diperlukan, dilanjutkan dengan pengelupasan cat lama dan pengecatan ulang.
Kelebihan:
- Akses penuh ke seluruh bagian lambung kapal.
- Pembersihan lebih menyeluruh dan efektif, termasuk area yang sulit dijangkau saat kapal terapung.
- Cocok untuk pembersihan berat dan perbaikan struktural.
Kekurangan:
- Biaya tinggi karena melibatkan proses dry docking.
- Membutuhkan waktu lama (bisa mencapai beberapa hari hingga minggu).
- Kapal tidak bisa beroperasi selama perawatan.
2. Pengertian Underwater Hull Cleaning
Sebaliknya, underwater hull cleaning dilakukan saat kapal masih mengapung di air, biasanya saat kapal sedang sandar di pelabuhan atau dalam waktu tunggu bongkar muat. Metode ini memanfaatkan penyelam profesional atau robot pembersih (ROV) untuk membersihkan bagian bawah kapal.
Tahapan Umum:
- Penyelam atau operator ROV turun ke bawah kapal.
- Menggunakan alat sikat, semprotan air bertekanan, atau vacuum head untuk mengangkat biofouling.
- Pembersihan dilakukan secara selektif tergantung kondisi permukaan.
Kelebihan:
- Tidak memerlukan proses dry docking, sehingga hemat waktu dan biaya.
- Bisa dilakukan kapan saja selama kondisi laut memungkinkan.
- Tidak mengganggu operasional kapal secara signifikan.
Kekurangan:
- Akses terbatas ke area tertentu dari lambung kapal.
- Risiko keselamatan bagi penyelam cukup tinggi.
- Proses pembersihan bisa kurang optimal pada kondisi fouling berat.
- Dapat menyebabkan pencemaran laut jika biofouling tidak dikendalikan dengan baik.
3. Perbandingan Berdasarkan Efektivitas
Dry dock cleaning unggul dalam hal efektivitas. Karena dilakukan saat kapal berada di luar air, semua bagian lambung bisa dibersihkan dan diperiksa secara menyeluruh. Bahkan area seperti baling-baling, anoda, dan struktur kecil lain bisa dibersihkan dan diperbaiki jika perlu.
Sementara itu, underwater cleaning lebih cocok untuk perawatan ringan atau pembersihan rutin. Jika kapal beroperasi di jalur pelayaran yang menyebabkan biofouling cepat menumpuk, metode ini berguna untuk menjaga performa kapal tanpa harus keluar dari jadwal operasional.
4. Pertimbangan Lingkungan
Pembersihan lambung kapal—baik di dry dock maupun underwater harus mempertimbangkan dampak lingkungannya. Di dry dock, limbah pembersihan biasanya bisa dikumpulkan dan diolah dengan baik. Sedangkan di underwater cleaning, biofouling yang terlepas bisa langsung menyebar di laut, berisiko membawa spesies asing (invasive species) ke ekosistem lokal.
Beberapa penyedia jasa underwater cleaning kini sudah menggunakan peralatan dengan sistem vacuum untuk menyedot kotoran dan mengurangi pencemaran. Meski demikian, pengawasan tetap penting agar proses ini tidak membahayakan lingkungan laut.
5. Faktor Biaya dan Jadwal Operasi
Dari sisi biaya, underwater cleaning jelas lebih ekonomis karena tidak memerlukan dry docking dan kapal tetap bisa beroperasi. Metode ini sangat ideal untuk kapal komersial yang memiliki jadwal padat dan tidak memungkinkan berhenti lama untuk perawatan besar.
Sebaliknya, dry dock cleaning lebih cocok dijadwalkan sebagai bagian dari major maintenance tahunan atau dua tahunan. Walaupun biayanya tinggi, dry docking memberikan kesempatan bagi pemilik kapal untuk melakukan perawatan total secara menyeluruh.
6. Regulasi dan Sertifikasi
Beberapa pelabuhan dan otoritas maritim menerapkan regulasi ketat terhadap underwater hull cleaning. Kapal harus menggunakan penyedia jasa bersertifikat yang memenuhi standar internasional seperti ISO 9001 atau IMO Biofouling Guidelines. Sedangkan pembersihan di dry dock biasanya lebih mudah diatur karena berlangsung di lingkungan tertutup dan diawasi langsung oleh otoritas pelabuhan.
Baik dry dock cleaning maupun underwater cleaning memiliki peran masing-masing dalam menjaga kebersihan dan efisiensi lambung kapal. Dry dock cleaning cocok untuk perawatan menyeluruh, inspeksi struktural, dan pengecatan ulang, sementara underwater cleaning lebih fleksibel dan efisien untuk pemeliharaan rutin yang cepat.
Pemilihan metode terbaik sangat bergantung pada kebutuhan kapal, tingkat fouling, anggaran perawatan, serta waktu operasional yang tersedia. Yang terpenting, proses pembersihan harus tetap memperhatikan aspek keselamatan dan kelestarian lingkungan laut agar kegiatan pelayaran tetap berkelanjutan.
Bagi Anda yang sedang mencari jasa inspeksi kapal laut atau hull cleaning service bisa segera menghubungi PT. SCM Indonesia.